19 December 2007

KAMPANYE TUKANG ROTI

Oleh: rYoDiMaS


Hei kau penjual roti, matikanlah bebunyianmu.

Masukkan sajalah rotimu ke pemanggang di dapurku.

Ambillah beberapa ribu uang di sudut pintu.

Tapi jangan kau bawa nasi sisa itu.

Sisa terakhir harihari kemarin.

Jangan kau bawa juga kacamataku.

Karena aku sedikit buta.

Cukup buta untuk tak mengenali rotimu.

Sedangkan aku tidak ingin rotimu.

Karena aku butuh menyambung hidupku.

Seorang pemasar tau apa ituitu.

Seorang pemasar hanya tau barangnya laku.




Jember, 11 Desember 2007




KANDANG KOSONG

Oleh: rYoDiMaS


sebuah kandang tempat hewan

ditengahi sebuah kayu dan jaring besi

sebagai tempat bertengger

tak ketinggalan bekas tempat makan

di pojok depan sebelah kiri

beratap genting, bercat hijau

sungguh gagah kandang itu berdiri


pengaman lengkap tanpa terkunci

sedikit karat belum terlalu menjadi

di sana kosong, si sana melompong

kandangku kosong, tapi pikiranmu melompong



Jember, 5 april 2006



KEADAAN KETIKA AKU MERASA HILANG DAN TAK MENEMUKAN ARAH UNTUK KEMBALI

Oleh: rYoDiMaS


010?,,




Jember, 7 Desember 2007




KEPADA ILMU, UNTUK MASALAH

Oleh: rYoDiMaS


Aku ingin menciummu sebelum kita bercinta

dengan hangat dan sederhana,

perlahan dan tak terburu waktu,

demi sebuah kenikmatan luhur:

bersatunya akudankamu.

Karena semua bukan hanya tentang birahi.




Jember, 8 Desember 2007




HUJAN

Oleh: rYoDiMaS


Hujan baru saja berhenti

menyisakan titiknya yang mengembun pada daun-daun.

Matahari masih bersembunyi dengan malu dibalik awan hitam

yang setiap saat masih mampu memuntahkan hujan.


Ada rasa damai yang dibawa angin.

Karena dia bersahabat pada pohon-pohon

dan burung-burung yang mulai kembali bernyanyi.


Lewat separuh waktu di antara teduhnya,

awan hitam itupun berjingkrak-jingkrak,

bercanda bersama awan putih

yang berusaha terus melukiskan pelangi

melalui tangannya yang bercahaya.


Ada bunyi detik air

yang mengalir bahagia menemukan saudaranya,

kembali menuju persinggahan Ibu

pada muara di ujung hilir.

Sebelum naik ke peraduan

pada pangkuan Ayah di atas sana


Kalau aku dapatlah mengalir,

tentunya telah kuikuti kemana mereka berlari.

Membandingkan betapa rindunya mereka.



Jember, 16 april 2006



CAHAYA PAGI ITU BERHASIL KULIHAT

Oleh: rYoDiMaS


: untuk D. A. Sujana


/1/

Kau seperti setan jalanan. Setiap sentinya kau

ukur dengan teliti. Setiap kerikil kau cermati.

Setiap debu kau baui. Setiap batu kau tandai.


Kau punya segala alat ukur dan konversi, dari inchi

ke senti; dari senti ke mili. Kau punya segala

lensa, dari zoom satu kali; dua kali; tiga kali; hingga

lima kali. Kau punya setiap sampel debu bau, dari debu

bekas tapak kaki pejabat; perawan cantik yang gamang

akan keperawanannya; sampai kotoran anjing yang

berhasil dibawa oleh lalat kemana-mana. Kau punya

setiap warna pemberi tanda, dari hitam pekat; merah

marah; biru daun; hijau sungguh; sampai abuabu yang ragu.



/2/


“Bang, saat ini malam. Hari ini aku menanti kelahiran anakku.

Istriku sejak aku kecil dia telah hamil. Tapi sampai aku kehilangan

keperjakaan yang berkali-kali; sampai aku mengawini banyak istri.

Dia belum juga berhasil melahirkan.”


“Bang, tadi siang kau datang. Membawa kabar tentang bidan yang baru

saja lulus dari akademi. Kau beri saran, agar aku mengganti dukun itu,

yang tlah berbelasbelas tahun mengurusi kehamilan istriku.”


“Bang, anakku barusan lahir! Sehat dan ganteng seperti ayahnya. Kuberi nama

Siapa yah dia? Aha, tentu kau lebih tahu nama yang bagus. Jumlah anakmu kan

sudah kepala dua. Kau hebat. Semuda ini sudah punya berlusin istri.”


“Bang, anakku memang sehat dan ganteng seperti aku. Tapi, kok dia lahir

prematur yah? Apa karena ilmu bidan yang kau rekomendasi itu belum hebat,

sehingga dia mengeluarkan anakku sebelum waktunya? Atau memang anakku

ditakdirkan begitu?”


“Bang, sekarang sudah mau Subuh. Dari tadi kau diam saja, belum menjawab

satu pun pertanyaanku. Bang, aku sudah ketemu nama yang bagus untuk anakku

ini. Yaitu: Fajar. Yah, seperti saat ini.”


“Bang sekarang sudah pagi. Terima kasih. Sekarang aku akan menikmati hari

bersama istri dan anakku yang baru lahir. Kapan-kapan kalau anakku yang lain

lahir, Abang yang kasih nama yah.”


“Bang sekarang sudah pagi. Kau malah tidur sendiri.”



/3/


Sekarang masih pagi. Seperti aku dan anakku.

Kau mungkin ada di puncak siang. Terik. Atau malah malam. Dingin.


Aku ingin belajar menjadi setan jalanan.

Aku sudah punya alat ukur dan konversi; lensa; sampel debu; dan warna.

Tapi aku belum punya satu hal untuk jadi setan jalanan:

NYALI. Mau pinjamkan aku barang beberapa?



/4/


“Huh, aku memang nggak berbakat jadi setan. Aku jadi malaikat jalanan aja yah?”


/5/


Cahaya pagi itu berhasil kulihat.

Di sudut pantai tempat kau berlabuh, terlihat perahumu diam mengeluh.



Jember, 17 Desember 2007







ELEGI

Oleh: rYoDiMaS


Dari setiap nyanyian fajar yang kau senandungkan,

ada gulana yang menghujani ombak di tepi laut.

Bagaimana memulainya takkan ada yang tahu

kecuali kalau kita hendak bertanya pada

burung yang berkicau sunyi.


Budak datang menghamba pada tuan

seperti bercuriga langit akan menghibahkan

memar pada pagi yang mulai mengeja langkahnya.


Masihkah kau simpan dosa lama

pada gurun-gurun derita yang coba kau sampaikan

melalui selayang salam, hingga kau robek mata kumalmu

seribu kali demi sebuah kelahiran penyesalan?


Luka itu baru saja menganga dalam ceruknya,

takkan hangus terbakar, apalagi meruntuhkan

airmata yang baru saja kau hampiri

semalam tadi.

Ketika air menolak memadamkan api.



Jember, 3 Desember 2007





GEJOLAK MUDA DI SUATU PAGI

Oleh: rYoDiMaS


Ayam berkokok terbangunlah aku.

Segera terjaga kuambil wudhu

walau azan Subuh telah lama berlalu,

kucoba mencari sisa berkah

di balik terlambatnya aku.


Pagi menjelang langit pun terang.

Menerbitkan sedikit semangat

walau malamku usang.

Ada gelisah ada rasa bersalah.

Tapi hari ini, aku siap sedia

menuliskan namaku melalui tinta sejarah.



Jember, 5 maret 2006




HAKIM WAKTU

Oleh: rYoDiMaS


Ah, betapa hebohnya si waktu

selalu berlarian ia kesanakemari.

Tak lelahkah dirinya terus menyapu

halaman hidup? Sudah terlalu banyakkah

ilmunya sampai sampai tak kunjung reda

ia menggurui laku kita?


Huh, bosan aku sama si waktu. Soalnya dia egois.

Mau menang sendiri, tak mau mengalah. Selalu

memperlakukan kita seperti budak yang setiap

saat harus melayani dia. Seolah dialah rajadiraja

yang menggenggam setiap nyawa. Laiknya

seorang hakim agung tertinggi dia bersikap.

Setiap putusan ada di tangannya.


Aha, bukankah hakim mesti punya konsensus?

Apakah dia hafal segala yang tertulis? Apakah

Setiap hukum harus tak lekang, dia kuasai?


Pak Presiden, Raja, Kaisar, atau kau Tuan diatassana.

Beri aku titah, dong. Sekali kali aku juga pingin jadi hakim.

Mengalahkan waktu, biar dia tidak sombong.



Jember, 18 Desember 2007





BIARKAN AKU YANG MENCARI TAHU

by: rYoDiMaS


Selamat datang di kehidupanku

yang rutin dan sederhana.

Sedikit riak menambah manisnya.

Tentu istimewa rasakanlah bedanya.


Ada gembira yang meluap-luap.

Ada pula tangis yang menjadi-jadi.

Tapi di semua halnya,

senyumku selalu kuberi

walau terkadang hanya sebatas hasrat hati.


Jiwaku terang bercahaya.

Menerangi gelapnya hatimu.

Seperti setitik cahaya fajar,

yang menjadi pagi damai.

Menyala untuk memulai sebuah hari.


Mataku teduh berbayang senja.

Menentramkan gundah penat mu.

setelah lelah kau menantang dunia.

Mencari apa yang kau cari.


Pikiranku melayang sepi.

Memberimu sedikit ketenangan malam.

Guna menemani perenunganmu.

Tentang makna kehidupan yang kau perankan.


Karena aku adalah syair ini,

yang menjadi ada karena kau

mau membacanya.


Resapilah aku.

Kelak akan kau pahami.

Siapa gerangan yang menuliskanku.

Karena melalui sedikit kebijaksanaannya,

Dia berusaha untuk memahamimu.

Sedalam kau bersedia untuk membuka diri.



Jember, 16 september 2007




BACA SETELAH AKU PERGI

Oleh: rYoDiMaS




Jikalau Yang Maha Kuasa telah memanggilku.

Maka janganlah kalian peributkan

bagaimana matinya aku.


Ini sudah waktunya.

Waktuku menghadap-Nya.

Mempertanggungjawabkan semua salah dan dosa.


Kumohon pada kalian yang pernah kusakiti.

Maafkanlah aku dengan sepenuh hati.

Tak ada maksud membuatmu bersedih.

Hanyalah khilaf dan sedikit luapan hati.


Kepada kalian yang pernah kucinta.

Kenanglah aku sebagai kisah terindah.

Tak dapat kujadikan semua kalian bintang gemerlapan.

Karena aku hanyalah aku sebatas pemahaman kalian.


Hidupku mungkin tak berharga.

Kisahku mungkin hanya secuil cerita usang.

Tapi ingatlah, aku pernah begitu kalian puja.

Walaupun sesaat, itupun tak kalian sadari.



Jember, 5 April 2006



BAYANG DI HELAI RAMBUTKU

Oleh: rYoDiMaS



Gitar. Kasur. Laptop. AlQuranulKarim. Bantal.

Jam Meja. Arloji. Jaket. Cermin. Jendela. Kitab.

Active Speaker. Lampu Belajar. Botol Air Mineral.

Gantungan Baju. Tasbih. Handuk. Handphone.

Raket Tenis. Papan Pengumuman. Keranjang Baju.

Tonik Rambut. Sisir. Pewangi Ruangan. Topi.

Surat Undangan. Seprai. Bedcover. Kotak Biskuit.


Kemana mereka menuntun langkahku?

Apakah aku harus tetap berpagut mulut?

Dimana aku harus menerbitkan peluh?

Lalu, harus menjadi Siapakah aku?


Tak cukup aksara merangkainya.

Andaikan sebuah wujud telah kau coba.


Haruskah kau hasad dengan kehasanannya?

Sebab dia bersanak janji.

Niscaya. Demi waktu.



Jember, 11 Desember 2007




18 December 2007


BEDUGUL, SORE

Oleh: rYoDiMaS


air yang mengalir seperlunya

seperti telah disediakan alam

bagi panggung hidup sekian makhluk


sebanyak biduk yang berlabuh di tepi

tahun yang berlalu memberikan petanda


sekelompok manusia tiba

bercanda bersama bercengkerama

memilih satu di antara yang berlabuh

membagi kecil sebagian mereka


tawa hangat di setiap muka

baik wajah maupun cerita awalnya


dayung diberikan, peranan diambil

menghabiskan sedikit waktu

demi sebuah kenangan akhir yang indah


aku di depan

kamu di belakang

sebagian harus mengalah di tengah

membantu keseimbangan dan kekuatan


mari kita mengayuh ke pusat air

di mana pura dan bukit

menyunting diri mereka

pada angin yang kadang berbahasa


tenang dan dalam kita menyusur

seperti waktu yang berkelit karena keadaan

menuju sebuah arena

tempat kita berkumpul

menyenandungkan riak kecil

“Ha..Hi.. kejar mereka!”



Jember, 26 November 2007


(Demi Bedugul yang memberikan kenangan indah sekaligus pemaknaan hidup yang mengalir seperti air dalam bejana)





AKULAH MINYAK BAGI API

Oleh: rYoDiMaS


Akulah pelacur,

yang menyambungkan titik koma pada kalimatmu;

yang menggambarkan sketsa pada kanvasmu;

yang menambahkan nada pada musikmu;

yang memberikan guratan pada patungpahatmu;

yang menghubungkan listrik pada mesinmu;

yang memecahkan sandi pada programmu;

yang melogikakan kesimpulan dari statistikmu;

yang menumpuk pundi dalam brangkasmu.

Karena aku adalah lampubohlam.


Jember, 11 Desember 2007



















(LAGI-LAGI) GEMPA

by: rYoDiMaS


belum sampai lama

luka itu tersimpan di antara kita

belum kering pula

setiap nanah yang menganga


hanya jika setiap kau berbaring

telanjanglah dunia

isyarat ada yang salah dengan manusia


ada musibah yang memang kehendak-Nya

ada pula akibat dari buruknya laku kita

inti yang bergetar ikutlah kita di permukaannya

semua bilang ini salah kita

tapi aku bilang salah siapa?


setiap titik telah digariskan keadaannya

setiap masa ada petuah di baliknya

memikirkan yang terbaik tugas kita bersama

timbul tenggelam adakah kepedulian kita?


Jember, 15 september 2007


kupersembahkan kepada sumatera ku

tempat ku tumbuh dan mengenal dunia